Jumat, 05 Agustus 2011

(Sekali lagi) Tentang Marah (dan Manfaatnya juga)

Sudah takdirnya manusia diciptakan dengan emosi. Ga cuma marah, tapi bahagia, sedih, frustasi, dan lain lain yang cuma bisa dirasakan sendiri. Well, banyak hal yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (kalau gitu digambar aja gimana?)

Banyak hal yang bisa menyebabkan marah, entah kelakuan teman sebangku yang iseng, or kondisi di kereta ekonomi yang sumpek, or pelayanan publik seperti pelayanan di kejaksaaan yang ga diatur dengan baik sehingga kami, "para pelanggar lalu lintas", harus merasakan hal yang lebih parah dari keadaan di kereta ekonomi (demi menjaga "kehormatan" ambil SIM yang disita tanpa jasa calo). Entah apa maksud kata "terhormat" di spanduk kejaksaan disana. Yang pasti, berbahagialah yang mempunyai uang lebih karena bisa memakai jasa calo, jadi nyawa bisa aman. (Curcol buat instansi terkait, dicatet!)

Walaupun marah sesuatu yang normal yang sulit ditahan, tapi efeknya ga jelek semua sih, dua hal positif dari marah - yang terkontrol - :
  • Kemarahan sebagai pelindung, kenapa pelindung? karena dengan kita mengeluarkan amarah kita dapat mengurangi ancaman atau intimidasi yang menyerang kita atau orang yang berada disekitar kita.
  • Kemarahan untuk didengar, dalam keadaan tertentu, marah bisa dijadikan alat untuk mengekspresikan sesuatu. Contoh, para demonstran harus menunjukkan kamarahan mereka kepada pemerintah / badan yang dituju agar tindakan mereka itu didengar. Atau contoh lain, sekumpulan orang yang berjejal menunggu, bukan menunggu tepatnya, tapi berjejal mencoba menerobos pintu sidang untuk mengambil STNK or SIM yang di sita polisi berteriak huuuu keras berulang-ulang meski diminta untuk tertib. Bagaimana bisa tertib kalau pengaturannya payah! Saling dorong seperti masyarakat yang diiming-imingi sembako, tapi bedanya, kalau beruntung, orang yang berjejal untuk sembako, bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan, tapi ini, berjejal untuk setelahnya beridiri di depan hakim yang hanya bicara 2 kalimat "apa pelanggarannya?". Ketika dijawab, "ga nyalain lampu". Si hakim hanya berkomentar, "bayar 60 ribu di luar." MANIS!!!  Contoh lainnya, seorang guru yang marah kepada muridnya yang ngobrol saat sang guru sedang menerangkan.
Ada juga beberapa kajian tentang marah. Cekidot
  • Menurut Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli psikologi yang mengambil 3spesialisasi studi tentang marah. Marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat yakni sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia. Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon, adrenalin dan noradrenalin.
  •  Mark Gorkin—seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan— membagi marah dalam empat kategori; marah yang disengaja, marah spontan (marah yg dilakukan secara tiba-tiba), marah konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap orang lain) dan marah destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa bersalah).
  • Marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk penyampaian marah bisa berbeda-beda bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku Batak di tanah air kita.
  • Marah adalah manusiawi. Marah yang bisa berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Sebaliknya bila Anda mampu mengelola amarah dengan tepat, maka ekspresi kemarahan Anda justru akan menyehatkan. Hal ini sudah terbukti pada sebuah penelitian yang menyatakan marah akan lebih baik daripada memendam perasaan jengkel.
  • Bagaimana marah yang menyehatkan itu? Yakni marah yang beralasan yang bukan karena faktor subjektif semata. Lontarkan kemarahan atau kejengkelan Anda sewajarnya saja. Sampaikan, penyebab utama kejengkelan itu. Bukan marah yang sekadar menuruti emosi yang meledak-ledak, kemudian melampiaskannya melalui kata-kata, ekspresi dan perlakuan yang kasar karena dapat merugikan orang lain. Untuk itu, dalam keadaan marah kita harus mengedepankan rasio. Sehingga kemarahan itu jadi lebih terkendali
  •  Bagi Anda yang selama ini kerap mengumbar marah tanpa alasan kuat, ada 4 langkah yang dapat dilakukan:
-          Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang memengaruhi seseorang menjadi marah secara berlebihan. Bila telah diketahui dan diperbaiki kesalahan ini, umumnya Anda bakal lebih mudah mengendalikan marah.
-          Mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil yang menghambat kemampuan untuk mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan dan ketidaktahuan.
-          Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif.
-          Menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan.
 Sumber Mbah Google, niponk blogspot, n pengalaman pribadi


Salam Sukses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar